Wood Pellet Jadi Peluang Bangun Ketahanan Ekonomi dan SDM

Wood Pellet Jadi Peluang Bangun Ketahanan Ekonomi dan SDM

Akselerasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dinilai lambat dan terhadap tataran rendah dibanding negara lain di dunia. Ini merupakan pekerjaan tempat tinggal yang benar-benar rumit bagi Pemerintah, mengingat kuantitas penduduk Indonesia benar-benar besar dan tersebar di bermacam wilayah georgrafisnya. Arah kebijakan strategis pemerintahan Presiden Jokowi dinilai positif untuk peningkatan kinerja IPM Indonesia era mendatang on the track.

Seperti diarahkan oleh Kementerian PPN/Bappenas bahwa pencapaian perkembangan ekonomi difokuskan lewat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia. Namun demikian, arah kebijakan termaksud harus tepat sasaran yaitu menekankan terhadap kehidupan sosial ekonomi di tingkat bawah.

Pengalaman terdahulu menjadi evaluasi bahwa pembangunan ekonomi di sektor industri-industri besar belum lumayan kuat sebagai penyangga ketahanan ekonomi Indonesia. Ketergantungan produk impor dan perlambatan ekspor sebagai penyebab defisit neraca perdagangan Indonesia dari th. ke tahun premium wood pellet .

Dalam konteks ini, pemakaian bio energi wood pellet (pelet kayu) dan kompor berbahan pelet kayu memberi tambahan kesempatan untuk turunkan impor gas LPG, terhitung penghematan APBN atas subsidi gas tersebut.

Demikian dipaparkan Dr Agus Trihatmoko, Dosen Bidang Ekonomi, Manajemen dan Kewirausahaan Universitas Surakarta, usai melakukan observasi dan uji cobalah pemakaian wood pellet beserta kompornya di Surakarta, baru-baru ini.

“Jadi wood pellet merupakan energi baru terbarukan, terkecuali dikembangkan menjadi salah satu kesempatan dalam membangun ketahanan ekonomi di tingkat bawah atau daerah,” kata Agus dalam info tertulisnya yang diterima di Jakarta, Kamis (27/2/2020).

Menurut dia, Wood pellet berbahan basic limbah kayu dan produk pertanian padi yang benar-benar berlimpah di pedesaan atau lokal-lokal area Indonesia. Pemanfaatan limbah tersebut, proses memproses wood pellet dan peralatannya yaitu kompor menjadi kesempatan industrialisasi dan kewirausahaan (entrepreneurship) di tingkat lokal daerah, lebih-lebih pedesaan.

“Industrialisasi termaksud memberi tambahan kesempatan untuk mengakselarasi pendapatan per kapita penduduk lokal setempat. Termasuk, mereka para kastemer energi terhitung berhemat dalam pemakaian gas dan kayu bakar yang waktu ini dinilai lebih mahal dari terhadap wood pellet,” ujarnya.

Agus menambahkan, peningkatan pendapatan per kapita secara langsung akan mendongkrak IPM di daerah-daerah, serta penghematan atau peralihan (switching) dari konsumsi gas atau kayu bakar kepada wood pellet secara tidak langsung mensejahterakan penduduk ekonomi bawah.

Diketahui, rintisan pemakaian wood pellet dan kompor bagi tempat tinggal tangga diinisasi oleh PT Energy Management Indonesia (Persero) atau EMI sebagai energi alternatif dengan nama program “Multiple Household-Fuel Options”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *